P E S P A M A #1


Malam ini diriku akan menempati asrama baru milik kampus untuk beberapa minggu kedepan. Aku bertugas menjadi seorang musyrif di asrama dalam program Pesantren Pemimpin Muda Berkemajuan atau sebut saja pesantren kilat ala-ala.

Aku berangkat bersama si merah, motor merah milik persyarikatan yang sejak 3 tahun lalu menemani perjuanganku. Bergegas pukul 21.04 aku tiba di asrama 17 menit kemudian dan mendapati teman-teman ku tengah briefing bersama pendamping musyrif.

Datang sebagai orang yang terlambat, diriku tak tau apa saja yang telah mereka bahas. Namun aku berusaha mengikuti diskusi hingga beberapa keputusan dan ploting musyrifpun diambil.

Hari pertamaku cukup melelahkan dan penuh dengan kebingungan karna tak tahu apa yang harus kulakukan, apalagi ini adalah pengalaman pertamaku menjadi seorang musyrif. Siang hari, aku bersama mas Imam dan raihan keliling asrama untuk mulai beradaptasi, kamipun mendapati aula yang masih kotor dan jauh dari layak untuk digunakan sebagai tempat sholat dan berkegiatan. Kamipun berfikir untuk membersihkan aula dengan menyapu dan mengepel aula asrama, saking bersemangatnya. Kamipun tak menyadari ketika bu Rektor dan ibu Wakil Rektor 2 mengungjungi asrama dan mendapati kami sedang membersihkan aula.

Sore hari menjelang maghrib, kami berencana membuat acara pembukaan program PESPAMA ini. Saat itu pendamping musyrif dan teman-teman mempercayakan aku sebagai MC untuk pembukaan. Susunan acara telah kususun bersama tim acara yang sudah dibentuk malam tadi, latihan berbicarapun aku lakukan agar tampil maksimal di saat pembukaan nanti. 

Hingga tiba saatnya pimpinan datang dan peserta PESPAMA telah siap di aula, aku sedikit membantu untuk penyiapan backgroud di laptop menggunakan ppt. Entah mungkin karena aku terlihat sibuk dengan laptop dan mempersiapkan lagu mars untuk dinyanyikan, ibu pimpinan tersebut langsung mengambil mic dan memulai acara tanpa diriku. Saat itu adalah acara pembukaan paling kacau menurutku, tak hanya acaranya perasaanku pun ikut kacau karna sudah berupaya untuk mempersiapkan acara ini. Namun ternyata yang kupersiapkan tak berguna.

Dalam hati ku bergumam "lah? Ngapain capek-capek nyiapin kok malah ga guna gini". Aku hanya bisa tersenyum palsu di sudut ruangan ketika beliau melirikku. Kecewa? Pasti, namun aku merasa ini justru membuatku terlihat tak berguna.


Acara pembukaan selesai, dilanjutkan dengan sholat maghrib, makan malam dan sholat isya'. Setelah sholat isya' aku berada di aula bersama teman-teman musyrif untuk pembagian kelompok, aku mendapat kelompok 4 yang berisi anak-anak yang penuh semangat dan optimis. Namun ada juga yang ngeyelan dan terlalu hyper aktif. Bertemu dengan mereka adalah obat penghapus kekecewaanku sore tadi.

Setelah pembagian kelompok, aku segera bergegas menuju toko untuk bekerja seperti biasanya. Penuh polemik untuk bisa mengikuti kegiatan PESPAMA ini, dimana saat aku meminta izin pimpinan untuk tidak bisa bermalam di asrama ditolak bahkan aku disuruh berhenti bekerja sebagai satpam di toko. 

" Mau tinggal dimana aku setelah PESPAMA ini? Uang dari mana nanti yang akan mencukupi kehidupanku di rantauan ini? Gajiku saat ini saja tak cukup, walau ditambah uang intensif beasiswa sekalipun kurasa belum mencukupi untuk bisa hidup dan membantu menghidupi orang tuaku". Fikirku kala beliau mengatakan hal itu.

Yang kemudian aku menawarkan opsi "Bu, saya sudah berniat untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini. Namun saya juga punya tanggungan, mohon ringankan saya. Saya bisa mengikuti kegiatan sore hingga maghrib, namun setelah itu saya pamit jaga toko dan akan kembali ke asrama jam 2 pagi untuk memenuhi tanggung jawab saya sebagai musyrif untuk membangunkan peserta".

Hati beliaupun melembut, beliau mengizinkan aku dengan opsi tersebut dan meminta komitmen ku dalam kegiatan ini. Dengan penuh semangat dan keikhlasan aku bersedia menjadi musyrif di Asrama.

Dan setiap hari aku berkegiatan diasrama mulai dari sore hingga maghrib, setelah itu aku jaga toko dan kembali lagi ke asrama pukul 2 pagi. Diawali dengan sholat lail, sholat subuh, kultum dan setoran hafalan santri hingga pukul 6 pagi.

Aku hanya berkesempatan 2 jam untuk memejamkan mata jika aku ada kuliah pukul 8 pagi. Syukur-syukur kuliah siang, aku jadi lebih memiliki kesempatan untuk memejamkan mata lebih lama.

Seminggu berlalu diasrama, setiap kelas aku sering kali kelelahan dan tertidur di jam kuliah. Bahkan diriku banyak sekali ketinggalan materi. Untung saja, aku memiliki sahabat baik. Reza dan Jatra namanya, mereka sering kali memberitahu materi apa yang dijelaskan dikelas tadi dan membantu dalam pengerjaan tugas-tugas kuliahku.

Beberapa hari kemudian kami para musyrif banyak mendapati para peserta yang izin keluar untuk membeli makan atau cemilan yang mungkin menurut mereka jatah makanan diasrama dirasa kurang. Kami pun berinisiatif membuka kantin kejujuran.

Tak hanya itu, kamipun berinisiatif untuk membuat bubur kacang hijau setiap hari jum'at dari hasil patungan karena melihat konsumsi asrama yang kami rasa kurang sehat. Namun, pimpinan mengambil alih ikhtiar kami untuk bersedekah dengan menyewa catering untuk membuat bubur kacang hijau di setiap hari minggu yang kerap kali datang siang dan ketika perpulangan peserta. Yang malah menyisakan banyak bubur kacang hijau yang tidak termakan dan hanya dibagikan ke anak-anak sekitar yang sedang bermain di lingkungan asrama.

Dan akhirnya program PESPAMA gelombang pertama telah selesai, ada sedikit waktu untuk rehat sejenak dihari minggu dan menyiapkan diri untuk gelombang berikutnya. Semoga perjuangan ini tak pernah berhenti dan jadikan ini sebagai motivasi untuk terus berjuang untuk persyarikatan.


ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel