My Idiot Brother
Rizky,
teman-temanku memanggilku seperti itu. Statusku masih pelajar di salah satu SMA
Swasta di Yogyakarta. Akupun mempunyai Adik sepupu, dia sedikit berbeda dengan
orang-orang pada umumnya. Aku lebih menyukainya jika disebut suatu karunia
pemberian Tuhan, karena aku merasa senang dan sangat bersyukur mempunyai adik
seperti dia. Adikku mengalami gangguan perkembangan yang membuatnya sulit
berkomunikasi dan susah mengungkapkan perasaan dan keinginannya sehingga
perilaku hubungan dengan orang lain tergganggu atau dalam dunia medis disebut
Autis. Adikku bernama langit, langit berarti bentangan luas di atas bumi,
bebas, suci, dan segar.
Aku sering bermain dengan langit,
kami seringkali bermain kejar-kejaran di bukit luas di desa kami. Disana
teman-teman sebaya kami juga kerap berkumpul dan bermain bersam. Aku dan langit
ingin sekali bermain bersama mereka tetapi aku mengurung keinginanku dan
melarang Langit bermain bersama mereka. Karena aku tidak akan tega Langit
terus-terusan diberi perlakuan tercela oleh mereka karena kondisi Langit yang
berbeda dari yang lainnya. Aku ingin melindungi Langit walaupun keinginannya
untuk bermain bersama mereka keras. Aku sebagai kakak dari Langit tidak ingin
ada yang mencelakai Langit.
Di sekolah kerap kali aku mendapat
ejekan-ejekan dari teman-temanki karena mempunyai Adik seperti Langit. Mereka
sering sekali berkata, “Hahaha Rizky punya idiot
brother..” Aku berusaha menahan diri dan tetap sabar untuk berusaha tidak
mendengarkan perkataan mereka. Walaupum masing-masing dari mereka pernah
tertangkap basah oleh guru saat sedang melakukan perlakuan tercela atau biasa
disebut bully yang selalu menimpa
kepadaku, dan beberapa kali diberi hukaman dan nasehat oleh guru tetapi mereka
tidak pernah kapok untuk mengejek dan berusaha mencelakai Adikku.
Suatu hari, Langit bermain tanpa
sepengawasanku bahkan sepengetahuanku. Teman-temanku segera menghampiri Langit
untuk bergabung dengan mereka dengan iming-iming bermain bersama. Akhirnya
mereka membawa Langit ke bukit luas di desa mereka. Disana mereka sudah
berencana untuk menyakiti Langit. Langit mendapat hantaman bertubi-tubi. Dia
berusaha melawan tetapi apa daya hanya sendirian melawan orang banyak. Ia hanya
meringis kesakitan dan memanggil-manggil keras namaku berharap aku akan datang bak
superhero kesayangan Langit. Tapi kenyataannya, saat itu aku tidak disana dan
tak pernah datang.
Setelah kejadian itu, Langit
mengalami sakit yang lumayan parah selama berhari-hari. Akupun saat itu
mengalami keadaan yang paling terpuruk meratapi kesedihan bahwa kenyataannya
aku hanyalah pecundang dan bukan superhero yang akan melindungi Langit. Aku
sangat marah dengan diriku.
Mungkin Tuhan sudah rindu. Sesuai
namanya, Langit. Sekarang nama itu terbukti menjadi doa. Langit sudah terbang
dan terbebas dari penderitaan di dunia. Kini tak ada yang menyakiti langit lagi.
Langit sudah aman disana, berbahagia di sisi Tuhan. Aku seharusnya senang
tetapi ini begitu perih untukku. Aku mengenang saat aku bermain kejar-kejaran
dengan Langit di bukit luas. Tetapi kini tidak ada lagi yang mengejarku. Aku
merasa dunia sedang menghakimiku. Tetapi kini aku bisa mengawasi Langit dan
selalu melihat dia. Dia sangat luas, diatas sana. Bewarna biru dan ketika
melihatnya aku selalu tersenyum dan terasa tenang. Selamat tinggal My Idiot Brother..